MAKALAH PESAING PASAR - MANAJEMEN PEMASARAN
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur saya panjatkan ke
Hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan Rahmat dan Karunia-nya
sehingga kami dapat menyusun makalah ini dengan baik dan benar, serta tepat
pada waktunya. Dalam makalah ini kami akan membahas mengenai “Menghadapi
Persaingan”.
Makalah ini telah dibuat dengan berbagai
observasi dan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu menyelesaikan
tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu, kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa masih banyak
kekurangan yang mendasar pada makalah ini. Oleh karena itu kami mengundang
pembaca untuk memberikan saran serta kritik yang dapat membangun makalah kami.
Kritik konstruktif dari pembaca sangat kami harapkan untuk penyempurnaan
makalah selanjutnya.
Akhir kata semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi kita semua.
Palembang, Januari 2015
Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
................................................. 1
Daftar Isi
.......................................................... 2
BAB I : Pendahuluan ...................................... 3
BAB II : Permasalahan ..................................... 4
BAB III : Pembahasan ......................................
5 – 16
BAB IV : Penutup
............................................. 17
Daftar Pustaka
.................................................. 18
BAB I
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembuat
Undang-Undang tidak memberikan suatu batasan atau rumusan tentang pengertian
‘Perusahaan’atau ‘Melakukan Perusahaan’. Maksudnya memberikan kesempaan pada
para ahli yang berkecimpung dalam ilmu pengetahuan untuk memberikan
ciri-cirinya. Erat hubungannya dengan pemasaran dimana hasil dari produk
suatu industri kepada perusahaan menerapkan berapa langkah dan strategi dalam
melakukan persaingan.
Karena
tidak mungkin di dunia ini tanpa ada persaingan, segala sesuatunya pasti ingin
yang lebih baik dan unggul. Dalam makalah kami ini akan dibahas tentang
menghadapi persaingan dengan beberapa aspek sub judul, yang mudah- mudahan
dapat bermanfaat untuk pembaca tentunya, dan kami juga akan mempresentasikan
hasil dari diskusi kelompok kami. Pentingnya perihal ini adalah agar supaya
kita mengetahui persaingan yang sebenarnya dan kita semua dapat memberikan
pendapat yang logis dan berimbang sesuai dengan pembahasan.
Dalam
struktur pengertiannya menghadapi persaingan adalah sesuatu yang terjadi secara
sengaja untuk menjadi lebih utama dan unggul terutama dalam suatu perdagangan
ataupun yang lainnya, dan kita harus bisa dan mau untuk berlomba- lomba sebagai
kebijakan yang abstrak dan sesuai dengan kebenarannya (fundamental).
BAB II
Permasalahan
Kasus: Honda VS
Yamaha
Persaingan
pemasaran motor merk Honda dan Yamaha, tidak hanya di lintasan balap, namun
persaingan pemasaran kedua produk tersebut memang telah menjadi fenomena unik
dan menarik untuk diamati. Tanpa bermaksud mengabaikan merk-merk motor yang
lain, memang kedua merk motor inilah yang saat ini leading dengan strategi
pemasarannya masing-masing.
Pada
awalnya, di tahun 70-an, Honda, perusahaan motor yang didirikan oleh Shoiciro
Honda, menguasai pasar di tanah air, sehingga mampu menjadi ikon motor di
Indonesia. Hingga tak jarang masyarakat menyebut “Motor” dengan kata “Honda”.
Karena begitu melekatnya merk tersebut pada jenis barang tertentu. Namun, di
tahun 90-an, Yamaha mulai berbenah dan ‘sedikit’ bisa memberikan perlawanan
terhadap dominasi Honda, khususnya di Tanah air.
Perusahaan
yang didirikan Torakusu Yamaha pada tahun 1887 ini, mulai banyak berbicara
dengan produk-produknya seperti Yamaha Alfa di pasar motor bebek dan Yamaha
RX-King di pasar motor cowok, membayangi dominasi Honda Astrea dan Honda
GL-Pro.
Permasalahan
yang akan dibahas, yaitu:
1. Di balik hiruk pikuknya,
persaingan Honda dan Yamaha dalam rangka merebut pangsa pasar di bidang motor,
strategi pemasaran apa saja yang digunakan oleh masing-masing produk?
BAB III
Pembahasan
3.1 Pengertian Industri
Industri
adalah bidang yang menggunakan ketrampilan dan
ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious)
dan penggunaan alat-alat di bidang pengolahan hasil-hasil bumi dan distribusinya
sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya
dari usaha-usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi,
yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat
dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis
ekonomi, budaya, dan politik.
3.2 Mengidentifikasikan hambatan
masuk, keluar dan mobilitas sebuah industri
·
Hambatan
Masuk dan Mobilitas
Idealnya
perusahaan harus bebas memasuki industri yang memperlihatkan laba yang
memperlihatkan laba yang menarik. Masuknya mereka akan membuat lebih banyak
penawaran dan akhirnya menurunkan laba sampai ke tingkat pengembalian normal.
Kemudahan masuk mencegah perusahaan yang ada saat ini untuk mengeruk kelebihan
laba jangka panjang. Hambatan masuk utama meliputi kebutuhan modal yang besar,
skala ekonomis, persyaratan paten dan lisensi, kelangkaan lokasi, bahan baku,
atau distributor, kebutuhan kan reputasi, dan lain-lain. Bahkan setelah suatu
perusahaan memasuki suatu industri mungkin akan menghadapi hambatan mobiltas
pada saat mencoba untuk memasuki segmen pasar yang lebih menarik.
·
Hambatan
Keluar dan Peramping
Perusahaan
harus bebas meninggalkan industri yang labanya tidak menarik, tetapi mereka
seringkali menghadapi hambatan keluar. Di antara hambatan keluar tersebut adlah
kewajiban moral atau hukum pada pelanggan, kreditor, dan para karyawan,
larangan pemerintah, nilai sisa aktiva yang rendah karena terlalu
terspesialisasi atau telah usang, kurangnya kesempatan alternatif, tingginya
integrasi vertikal, hambatan emosional, dan lainnya. Banyak perusahaan bertahan
dalam suatu industri selama mereka masih dapat menutup biaya variabel dan
sebagian atau seluruh biaya tetap mereka. Mereka dapat menawarkan untuk membeli
aktiva pesaing, memenuhi kewajiban pada pelanggan. Bahkan jika beberapa
perusahaan tidak akan keluar, mereka disarankan untuk merampingkan ukuran
mereka. Dengan demikian juga terdapat hambatan perampingan di mana pesaing yang
lebih agresif berusaha menguranginya
3.3 Mengidentifikasi struktur biaya
sebuah industri
Setiap industri seharusnya memiliki bauran biaya
tertentu yang akan berpengaruh besar terhadap perilaku dtrategis mereka.
Misalnya, pembuatan baja terdiri dari biaya produksi dan bahan baku yang besar,
sementara pembuatan mainan terdiri dari biaya distribusi dan pemasaran yang
besar. Perusahaan baja dengan pabrik yang paling moderen akan memiliki
keuntungan yang besar di atas perusahaan baja lainnya.
3.4 Lima kekuatan Industri (Menurut Michael E.
Porter)
1. Ancaman
dari produk-produk pengganti (substitute
products)
2. Ancaman
dari pendatang baru (new entrants)
3. Persaingan
yang sengit di antara para pelaku bisnis yang sudah ada (existing players)
4. Kekuatan
tawar dari pemasok (bargaining power of suppliers)
5. Kekuatan
tawar dari konsumen, pelanggan, atau pembeli (bargaining power of buyers)
1.
Ancaman
dari produk-produk pengganti
Produk
pengganti secara fungsional mempunyai manfaat yang serupa dengan produk utama
(asli), namun memiliki kualitas produk dan harga yang lebih rendah. Umumnya,
produk pengganti disenangi oleh orang yang berpenghasilan rendah, tetapi ingin
tampil dengan status lebih tinggi dari keadaan sebenarnya. Misalnya, untuk
tampil gaya, kita tidak perlu membeli arloji Rolex asli buatan Swiss, yang
harganya sangat mahal. Sebagai gantinya, kita bisa membeli produk Rolex imitasi
buatan China, yang jauh lebih murah tetapi sangat mirip dengan Rolex asli.
Ancaman
dari produk-produk pengganti yang dimaksud di sini adalah seberapa mudah pelanggan/konsumen
produk kita dapat berpindah ke produk pengganti. Ingat, dalam industri media,
pengertian produk pengganti itu bisa berbeda dari jenis produk kita, tetapi
memenuhi kebutuhan yang sama di pihak pengguna/konsumen.
Misalnya,
produk kita adalah berita (informasi) yang disiarkan melalui media televisi.
Namun, untuk memperoleh informasi yang sama, pemirsa televisi bisa beralih ke
media radio (media siar) atau media online (yang bisa diakses lewat komputer,
laptop, notebook, tablet, telepon seluler), dan berbagai jenis media lain. Yang
jelas, kebutuhan akan berita (informasi) sudah terpenuhi.
Ancaman
produk pengganti itu tinggi, ketika:
1.
Ada banyak tersedia produk pengganti
2.
Konsumen dengan mudah dapat menemukan produk atau jasa seperti yang kita
tawarkan, dengan harga yang sama atau bahkan lebih murah
3.
Kualitas dari produk pesaing kita lebih baik
4.
Produk pengganti itu dikeluarkan oleh perusahaan yang meraih laba (profit)
tinggi, sehingga bisa menurunkan harga sampai ke tingkat terendah.
Dalam
situasi-situasi yang disebutkan di atas, konsumen dengan mudah bisa berpindah
ke produk-produk pengganti. Jadi pengganti-pengganti itu adalah ancaman
terhadap perusahaan kita. Ketika terdapat produk-produk pengganti, baik yang
bersifat aktual ataupun potensial, maka segmen pasar itu menjadi tidak
menarik.
Keuntungan
dan harga produk juga terpengaruh oleh adanya produk pengganti, sehingga kita
perlu memantau tren harga secara ketat. Dalam industri-industri pengganti, jika
kompetisi meningkat atau teknologi berubah menjadi lebih modern, harga dan
keuntungan akan merosot.
2.
Ancaman
dari pendatang baru
Pendatang
baru yang dimaksud di sini adalah perusahaan yang memasuki industri, dengan
membawa kapasitas baru dan ingin memperoleh pangsa pasar yang baik dan
keuntungan.
Masuknya pesaing baru ke pasar juga akan melemahkan kekuatan kita. Namun ancaman dari pendatang baru ini tergantung pada hambatan untuk masuk (entry barriers) atau keluar (exit barriers) dari industri bersangkutan. Hambatan masuk itu, misalnya, perizinan, hak paten, investasi yang mahal, teknologi yang canggih, sulitnya memperoleh sumberdaya manusia yang andal, dan sebagainya.
Masuknya pesaing baru ke pasar juga akan melemahkan kekuatan kita. Namun ancaman dari pendatang baru ini tergantung pada hambatan untuk masuk (entry barriers) atau keluar (exit barriers) dari industri bersangkutan. Hambatan masuk itu, misalnya, perizinan, hak paten, investasi yang mahal, teknologi yang canggih, sulitnya memperoleh sumberdaya manusia yang andal, dan sebagainya.
Ancaman
dari pendatang baru ini tinggi, ketika:
1.
Persyaratan modal untuk memulai
bisnis itu rendah
2.
Ekonomi skalanya (economies of
scale) di industri tersebut sedikit. Economies of scale adalah prinsip
pengurangan biaya, di mana jika produk dihasilkan dengan jumlah yang semakin
besar, maka biaya per unit produknya semakin rendah.
Contoh,
jika koran hanya dicetak 1.000 eksemplar, maka biaya produknya Rp
20.000/eksemplar. Tetapi jika koran dicetak sebanyak 100.000 eksemplar,
biayanya turun menjadi Rp 1.500/eksemplar. Hal ini karena biaya yang dibutuhkan
untuk membuat template awal desain koran itu sama, terlepas dari mau dicetak
1.000 atau 100.000 eksemplar. Begitu biaya template ini sudah tertalangi,
sisanya hanya tinggal menambah biaya kertas koran, tinta percetakan, dan
sedikit tambahan biaya listrik karena mesin cetak beroperasi lebih lama.
-
Konsumen dengan mudah bisa berpindah ke produk dari pendatang baru, tanpa perlu
mengeluarkan biaya yang besar (low switching cost)
-
Teknologi kunci kita tidak sulit diperoleh atau tidak diproteksi dengan baik
-
Produk kita tidak terdiferensiasi (differentiated)
Ada
variasi dalam daya tarik segmen pasar, yang tergantung pada hambatan masuk dan
keluar. Segmen ini lebih menarik ketika memiliki hambatan masuk yang tinggi dan
hambatan keluar yang rendah. Hanya sedikit perusahaan baru yang terjun ke
industri itu, sedangkan perusahaan yang kinerjanya buruk dengan mudah bisa
keluar dari pasar.
Ketika
baik hambatan masuk maupun hambatan keluar sama-sama tinggi, maka margin
keuntungannya (profit margin) juga tinggi. Namun, perusahaan-perusahaan ini
menghadapi risiko yang lebih besar, karena perusahaan yang kinerjanya buruk
terpaksa bertahan dan harus berjuang untuk bisa keluar dari pasar
tersebut.
Sedangkan
ketika hambatan masuk dan keluar sama-sama rendah, di mana perusahaan dengan
mudah bisa masuk dan keluar dari industri itu, keuntungan juga rendah.
Kondisi terburuk adalah ketika hambatan masuk itu rendah dan hambatan keluarnya tinggi. Akibatnya, dalam kondisi bisnis yang baik, banyak perusahaan pendatang baru masuk ke indusri, sedangkan ketika kondisi bisnis memburuk sangat sulit bagi perusahaan di sana untuk bisa keluar.
Kondisi terburuk adalah ketika hambatan masuk itu rendah dan hambatan keluarnya tinggi. Akibatnya, dalam kondisi bisnis yang baik, banyak perusahaan pendatang baru masuk ke indusri, sedangkan ketika kondisi bisnis memburuk sangat sulit bagi perusahaan di sana untuk bisa keluar.
3.
Persaingan
industri
Persaingan
konvensional terjadi di mana setiap perusahaan selalu berusaha sekeras mungkin
untuk merebut pangsa pasar perusahaan lain. Konsumen merupakan obyek persaingan
dari perusahaan sejenis yang bermain di pasar. Perusahaan yang dapat memikat
hati konsumen akan dapat memenangkan persaingan. Untuk dapat memikat konsumen,
berbagai cara dilakukan, mulai dari memberikan fasilitas khusus, pemberian
kredit dengan syarat ringan, harga murah, atau diskon.
Dalam
konteks industri media, perusahaan-perusahaan media bersaing dalam dua pasar
yang berhubungan. Mereka menghadapi persaingan dalam menjual konten ke
konsumen. Misalnya, berbagai stasiun TV bersaing lewat program siarannya, untuk
meningkatkan rating atau jumlah pemirsa. Pada saat yang sama, mereka juga
bersaing untuk meraih pemasukan iklan, dari para pengiklan yang butuh akses
untuk menjual produknya ke para konsumen atau pemirsa televisi tersebut.
Persaingan
industri berarti intensitas kompetisi di antara para pesaing yang sudah ada di
pasar. Intensitas persaingan ini tergantung pada jumlah pesaing dan kapabilitas
atau kemampuan mereka.
Persaingan
industri itu tinggi, ketika:
1.
Ada banyak pesaing yang kecil dan kekuatannya merata. Persaingan akan rendah
ketika terdapat pemimpin pasar yang jelas
2.
Konsumen menikmati biaya berpindah produk yang rendah (low switching costs)
3.
Industri itu sedang tumbuh
4.
Hambatan keluar (exit barriers) itu tinggi dan para pesaing itu tetap bertahan
di dalam industri bersangkutan dan bersaing
5.
Biaya tetap (fixed cost) itu tinggi, yang menyebabkan produksi yang sangat
besar dan pengurangan harga. Situasi-situasi seperti ini memberi alasan bagi
terjadinya perang iklan, perang harga, modifikasi-modifikasi, yang memuncak
pada peningkatan biaya dan sulit untuk bersaing.
4.
Kekuatan
tawar dari pihak pemasok
Kekuatan
tawar pihak pemasok berarti seberapa kuat posisi seorang penjual. Seberapa
besar pemasok Anda memiliki kontrol terhadap peningkatan harga pasokan.
Para
pemasok akan lebih kuat, ketika:
1.
Para pemasok terkonsentrasi dan terorganisasi dengan baik
2.
Hanya sedikit pengganti yang tersedia terhadap pasokan
3.
Produk mereka adalah yang paling efektif atau unik
4.
Biaya untuk berpindah produk (switching cost), dari satu pemasok ke pemasok
yang lain adalah tinggi
5.
Anda bukanlah pelanggan penting bagi pemasok tersebut
Ketika
pemasok memiliki lebih banyak kontrol terhadap pasokan dan harganya, maka
segmen pasar ini menjadi kurang menarik. Cara terbaik adalah untuk membuat
hubungan menang-menang (win-win relation) dengan pemasok. Adalah ide yang baik
untuk kita memiliki banyak sumber pasokan, sehingga mengurangi ketergantungan
pada pemasok tertentu.
Contohnya:
Dalam industri media surat kabar, kita memerlukan pasokan kertas koran, tinta
percetakan, dan jasa pencetakan itu sendiri (untuk media suratkabar yang tidak
memiliki mesin cetak sendiri). Jika kertas koran hanya bisa dipasok oleh pabrik
kertas tertentu, sementara oleh pemerintah tidak diizinkan untuk impor kertas
koran dari luar, maka pemilik pabrik kertas bisa mendiktekan harga kertas yang
dijual pada industri media suratkabar.
Pemasok
dapat menjadi ancaman dalam suatu industri, sebab pemasok dapat menaikkan harga
produk yang dijual atau mengurangi kualitas produknya. Jika harga produk
pemasok (kertas koran) naik, maka biaya produksi yang harus ditanggung
perusahaan media suratkabar kita juga naik, sehingga terpaksa harus menaikkan
harga jual produk.
Jika
harga jual suratkabar yang kita produksi naik, maka sesuai dengan hukum
permintaan, permintaan masyarakat terhadap suratkabar kita akan menurun.
Begitu pula jika pemasok menurunkan kualitas produk. Misalnya, produk kertas koran yang mudah robek atau warnanya kusam, kurang cerah, dan tidak menarik. Maka kualitas fisik produk (suratkabar) yang dihasilkan oleh perusahaan media kita juga akan turun, sehingga akan mengurangi kepuasan konsumen.
Begitu pula jika pemasok menurunkan kualitas produk. Misalnya, produk kertas koran yang mudah robek atau warnanya kusam, kurang cerah, dan tidak menarik. Maka kualitas fisik produk (suratkabar) yang dihasilkan oleh perusahaan media kita juga akan turun, sehingga akan mengurangi kepuasan konsumen.
5.
Kekuatan
tawar dari pihak pembeli
Pembeli
akan selalu berusaha mendapatkan produk dengan kualitas yang baik dan harga
murah. Sikap pembeli semacam ini berlaku universal dan memainkan peran yang
cukup menentukan bagi perusahaan. Jika harga suatu produk dinilai jauh lebih
tinggi dari kualitasnya (harganya tidak mencerminkan kualitas yang sepantasnya)
maka pembeli atau konsumen tidak akan membeli produk perusahaan kita.
Kekuatan
tawar pihak pembeli berarti seberapa besar kekuatan kontrol yang dimiliki pihak
pembeli, untuk menekan harga produk kita sehingga jadi lebih murah. Apakah
mereka bisa bekerja bersama untuk memesan produk dalam jumlah besar.
Pihak
pembeli memiliki kekuatan tawar yang besar, ketika:
1.
Jumlah pembeli sedikit, tetapi barang yang tersedia banyak
2.
Pembeli membeli dalam kuantitas yang besar
3.
Produk-produk tidak terdiferensiasi
4.
Biaya yang harus dikeluarkan oleh pihak pembeli untuk beralih ke produk
kompetitor adalah rendah
5.
Biaya pembelanjaan (shopping cost) rendah
6.
Pihak pembeli sensitif terhadap harga
7.
Ada ancaman kredibel terjadinya integrasi
Kekuatan
tawar pihak pembeli mungkin bisa diperkecil dengan menawarkan produk
terdiferensiasi. Jika kita melayani sedikit pembeli, tetapi tiap pembeli itu
memesan dalam jumlah yang sangat besar, maka mereka memiliki kekuatan untuk
mendikte kita.
CONTOH DARI LIMA KEKUATAN MENURUT
MICHAEL E. PORTER
Dalam
perencanaan dan perumusan strategi itu, kita bisa menggunakan pendekatan Lima
Kekuatan Kompetitif (Five Competitive Forces) yang dicetuskan oleh Michael E.
Porter dari Harvard Business School (1979). Model lima kekuatan kompetitif ini
akan membantu kita, dalam menilai di mana letak kekuatan perusahaan media kita,
dalam sebuah situasi bisnis.
Model
Porter ini sebenarnya adalah alat strategi bisnis, yang membantu kita dalam
menilai intensitas persaingan dan dengan demikian menganalisis daya tarik
sebuah struktur industri. Khususnya, industri media (media cetak, media siar,
media online, dan lain-lain). Ini memungkinkan kita untuk menilai kekuatan
posisi kompetitif bisnis kita sekarang, serta kekuatan posisi bisnis yang
direncanakan untuk kita capai nantinya.
Misalnya,
kita ingin terjun ke bisnis media siar (televisi) di Indonesia. Lewat analisis
model Porter, kita harus melihat dulu situasi industri penyiaran yang sudah ada
sebelum memutuskan berinvestasi. Apakah pasarnya masih menarik, dalam arti
apakah potensi pemasukan iklan yang bisa diraih nanti masih cukup
menguntungkan?
Bagaimana
kondisi kekuatan kita sekarang jika serius akan terjun ke bisnis ini (dari
aspek modal, teknologi, sumberdaya manusia, dan sebagainya)? Jika jadi masuk ke
segmen industri ini nantinya, di mana posisi yang mau diraih oleh stasiun TV
kita, di antara stasiun-stasiun TV swasta yang sudah ada (RCTI, SCTV, Trans TV,
Trans 7, MNC TV, Global TV, Indosiar, ANTV, TVOne, dan Metro TV)?
Model
Porter ini dianggap sebagai bagian penting dari perangkat alat perencanaan.
Jika kita sudah memahami betul di mana letak kekuatan kita, kita dapat
memanfaatkan kekuatan itu dan membenahi kelemahan-kelemahan yang ada, sehingga
dapat bersaing secara efisien dan efektif.
3.5 Mengidentifikasi Pesaing dengan
Konsep Pasar
·
Persaingan
Industri
Industri
didefinisikan sebagai sekelompok perusahaan yang menawarkan produk atau
jenis-jenis produk yang merupakan subsitusi dekat satu sama lain. Para ekonom
mendefinisikan subsitusi dekat sebagai produk dengan elastisitas-silang
permintaan yang tinggi. Jika harga suatu produk meningkat dan menyebabkan
permintaan akan produk lain meningkat, maka kedua produk tersebut merupakan
subsitusi dekat.
Pada
dasarnya analisis dimulai dengan memahami kondisi dasar yang mendasari
permintaan dan penawaran. Kondisi ini selanjutnya mempengaruhi struktur
industri. Struktur industri selanjutnya mempengaruhi perilaku industri dalam
bidang tertentu, seperti pengembangan produk, penetapan harga, dan strategi periklanan.
Perilaku industri kemudian membentuk kinerja industri, misalnya, efesiensi
industri, kemajuan teknologi, profitabilitas, dan penggunaan tenaga kerja.
(contoh: Persaingan
industri, adalah persaingan dalam satu industri, tidak hanya satu produk saja.
Misalnya Teh Botol Sosro industrinya tidak hanya industri teh dalam botol,
tetapi semua industri minuman. Karena itu pesaingnya adalah juga Coca Cola,
Aqua, dan lain-lain).
Lima jenis
struktur industri
1.
Monopoli
murni: monopoli murni terjadi apabila hanay ada satu perusahaan yang
menyediakan barang atau jasa tertentu dalam negara atau wilayah tertentu.
Monopolis yang tidak diatur akan berusaha memaksimumkan laba dengan membebankan
harga yang tinggi, sedikit atsu tidak beriklan sama sekali, dengan menawarkan
layanan yang minim karena pelanggan harus membeli produknya sehubungan dengan
tidak adanya subsitusi yang mendekati.
2.
Oligopoli
murni: oligopoli murni terditi dari beberapa perusahaan yang menghasilkan
komoditas yang pada dasarnya sama. Suatu perusahaan akan mengalami kesulitan
untuk mengalami kesulitan untuk mengubah segala sesuatu melebihi harga saat ini
jika ia tidak dapat mendeferensiasi layanannya.
3.
Oligopoli
yang terdiferensiasi: oligopoli yang terdeferensiasi terdiri dari beberap
perusahaan yang menghasilkan produk yng berbeda, sebagian mobil, kamera, dan
sebagainya. Deferensiasi tersebut dapat dilakukan pada lini kualitas, bentuk,
mode, atau layanan.
4.
Persaingan
monopolistik: industri persaingan monopolistik terdiri dari banyak pesaing yang
dapat mendeferensiasi penawaran mereka secara keseluruhan atau sebagian
(restoran, salon kecantikan).
5.
Persaingan
murni: industri dengan persaingan murni terdiri dari banyak pesaing yang
menawarkan produk dan jasa yang sama (pasar kodal, pasar komoditas).
·
Persaingan
Pasar
Kita dapat mengidentifikasikan
pesaing dengan menggunakan pendekatan pasar. Para pesaing adalah
perusahaan-perusahaan yng memuaskan kebutuhan pelanggan yang sama. Contohnya
pelanggan yang membeli paket pengolah kata sesungguhnya menginginkan kemampuan
menulis, kebutuhan itu dapat dipuaskan oleh pensil, pena, mesin tik. Pemasar
harus mengatasi myopia pemasaran dan berhenti mendefinisikan persaingan dalam
lingkup tradisional. Coca-cola berfokus pada bisnis minuman ringannya, tidak
melihat pasar untuk bar kopi dan bar untuk buah segar yang akhirnya menimpa
bisnis minuman ringannya.
Pada
persaingan pasar terdapat 2 jenis persaingan, yaitu:
ü Persaingan
Aktual: Pesaing pasar yang sudah ada di pasar.
ü Persaingan
Potensial: Pesaing yang memiliki potensi di pasar
3.5 Menganalisis
Pesaing
1.
Strategi
Sekelompok perusahaan mengikuti
strategi yang sama dalam pasar sasaran tertentu disebut kelompok strategis.
Misalkan sebuah perusahaan ingin memasuki industri peralatan elektronik utama.
Apa kelompok strategisnya?
2.
Tujuan
Setelah perusahaan mengidentifikasi
pesaing utamanya dan strategi mereka, perusahaan harus bertanya: Apa yang
dicari masing-masing pesaing di pasar? Apa yang menggerakkana masing-masing
perilaku pesaing?. Banyak faktor yang membentuk tujuan pesaing, termasuk
ukuran, sejarah, manajemen saat ini, dan situasi keuangan. Jika pesaing
merupakan divisi dari perusahaan yang lebih besar, penting untuk mengetahui
apakah perusahaan induk menjalankannya untuk pertumbuhan, laba, atau
memerahnya.
Sebaiknya kita mengasumsikan bahwa
pesaing berusaha memaksimalkan laba. Meskipun demikian, perusahaan mempunyai
penekanan yang relatif berbeda terhadap laba jangka pendek dan jangka panjang.
Asumsi lainnya adalah bahwa setiap pesaing mengejar beberapa baur tujuan:
profitabilitas saat ini, pertumbuhan pangsa pasar, arus kas, kepemimpinan
teknologi, dan kepemimpinan layanan. Terakhir, perusahaan harus mengamati
rencana ekspansi pesaing
3.
Kekuatan
dan Kelemahan
Perusahaan harus mengumpulkan
informasi tentang semua kekuatan dan kelemahan pesaing.
Tabel dibawah memperlihatkan hasil
survei perusahaan yang meminta pelanggan menentukan peringkat tiga pesaingnya
A, B, dan C, berdasarkan 5 atribut.
· Pesaing
A ternyata adalah perusahaan terkenal dan dikenal karena memproduksi produk
berkualitas tinggi yang dijual oleh tenaga penjualan yang baik tetapi buruk
dalam penyediaan ketersediaan produk dan bantuan teknis.
· Pesaing
B baik di segala bidang dan sangat baik dalam ketersediaan peroduk dan tenaga
penjualan.
· Pesaing
C dinilai buruk hingga cukup dalam hampir setiap atribut.
Hasil ini menunjukan bahwa perusahaan dapat menyerang
pesaing A dalam ketersediaan produk dan bantuan teknis serta pesaing C dalam
hampir segala hal, tetapi tidak seharusnya menyerang B, yang tidak menunjukan
kelemahan.
Secara umum, perusahaan harus
memperhatikan 3 variabel iniketika menganalisis pesaing:
1.
Pangsa
pasar (share of market) – pangsa pasar sasaran pesaing
2. Pangsa pikiran (share of mind) –
persentase pelanggan yang menyebut nama pesaing dalam merespon pernyataan, “
sebutkan nama perusahaan yang pertama kali terlintas dalam pikiran anda di
industri ini?”
3.
Pangsa
hati (share of heart) – persentase pelanggan yang menyebutkan nama pesaing
dalam merespon pernyataan, “ sebutkan nama perusahaan dari mana anda lebih suka
membeli produk?”.
3.6
Memilih Pesaing
1.
Kuat melawan lemah. Sebagian besar perusahaan membidik
pesaing yang lemah, karena memerlukan sumber daya yang lebih sedikit untuk
setiap titik pangsa yang didapatkan. Tetapi, perusahaan juga harus bertarung
dengan pesaing kuat agara dapat mengejar perusahaan terbaik. Bahkan pesaing
kuat tetap mempunyai beberapa kelemahan.
(Contoh: Samsung VS Cross)
2.
Dekat melawan jauh. Sebagian besar perusahaan bersaing
dengan pesaing yang mirip dengan mereka. (Contoh Coca Cola VS Air Ledeng(di US air ledeng gratis)
3.
Baik melawan buruk. Semua industri memiliki pesaing baik
dan buruk. Pesaing baik bermain sesuai aturan industri; mereka menetapkan harga
yang sesuai sengan biaya; dan mereka menyukai industri yang sehat. Pesaing
buruk berusaha membeli pangsa dan tidak menghasilkannya; mereka merusak
keseimbangan indutri. Perusahaan mungkin mendapati bahwa mereka harus menyerang
pesaing buruknya untuk mengurangi atau mengakhiri praktik disfungsional mereka. (Contoh: Yamaha VS Motor
China-MOCIN-JUVE)
3.7 Memilik
Pelanggan
3.8 Strategi Kompetitif Pemimpin Pasar
1. Memperluas total pasar:
a. Pelanggan baru
b. Meningkatkan konsumsi di
pelanggan lama
2.
Mempertahankan
pangsa pasar melalui Inovasi berkelanjuta, Layanan pelanggan, Efektivitas
distribusi, dan Penurunan biaya
3.
Memperluas
pangsa pasar.
3.9 Strategi Kompetitif Penantang Pasar
a.
Mendefinisikan
tujuan strategis dan lawan:
1. Penantang dapat menyerang pemimpin pasar
2. Penantang
dapat menyerang perusahaan sejenis yang melakukan hal “biasa” dan tidak punya
dana.
3. Penantang dapat menyerang perusahaan lokal (bank
nasional vs bank daerah)
b.
Memilih
strategi serangan umum
c.
Memilih
strategi serangan yang spesifik
3.10
Strategi
Kompetitif Pengikut Pasar
Terdapat 4 Strategi umum pengikut pasar:
1.
Pemalsu
(barang KW) – contoh yang jadi korban : Iphone, Rolex, Luis Vuiton.
2.
Pengklon
(Cloner) – membuat produk, nama, atau kemasan yang mirip - Contoh : Martabak
Holland dengan Yolland atau JoinLand.
3.
Peniru – meniru beberapa hal dari pemimpin
tetapi tetap ada perbedaan di kemasan, iklan, harga, atau lokasi – Contoh:
Yamaha Fino muncul setelah kesuksesan Honda Scoopy
4.
Pengadopsi
: mengambil produk pemimpin dan mengadaptasinya atau memperbaikinya – contoh:motor
TVS yang mirip honda Supra x dilengkapi dengan rak tempat charger ponsel
3.11
Strategi
Kompetitif Penceruk Pasar
Perusahaan yang memiliki dana terbatas biasanya
menghindari bersaing dengan perusahaan besar
dengan membidik pasar kecil yang tidak diminati perusahaan besar –
contoh: telpon satelit untuk orang yang tinggal atau bertugas di pedalaman.
Jawaban
kasus pada BAB II
1.
Strategi 1: Tunjukkan
Keunggulan, Tutupi Kelemahan, Bentuk Opini Publik.
Strategi
ini digunakan Honda untuk menonjokan teknologi 4-langkah-nya atau 4-tak
(4-stroke-engine), untuk ‘melawan’ teknologi 2-langkah atau 4 tak
(2-stroke-engine) yang digunakan oleh Yamaha. Honda sukses menggiring mindset
dan opini publik bahwa motor tipe 4-tak lebih hemat dari motor tipe 2-tak.
Strategi ini cukup efektif saat itu (1997-an) ditengah menaiknya harga BBM pada
saat itu, sehingga dengan ‘berat hati’ Yamaha terpaksa memproduksi motor dengan
tipe 4 tak (Yamaha Krypton dan Yamaha Vega), agar tidak semakin tertinggal.
2.
Strategi 2: Berani Mengambil
Risiko, Untuk Kesempatan Pertama.
Strategi
ini digunakan Yamaha, untuk menyalip dominasi Honda di tikungan keragu-raguan
Honda untuk me-release produk Motor tipe skutik. Saat itu Honda masih ragu-ragu
terhadap penerimaan pangsa pasar akan produk skutik dan memilih bermain aman
dengan status-quo nya. Sedangkan Yamaha melihatnya sebagai suatu kesempatan
(dengan segala risikonya) yang harus diambil. Seakan-akan Yamaha nothing to
loose dalam menjalankan strateginya tersebut, karena kalau berhasil, dia akan
menjadi pioneer dan menjadi breakthrough dalam hal inovasi produk, sedangkan
kalaupun gagal diterima masyarakat, toh tetap tidak merubahnya untuk tetap di
posisi kedua. Alhasil, Yamaha bernani mengambil risikko, mengadu peruntungan
dengan ‘mengambil peluang’ untuk meluncurkan skuter matic pertama di Indonesia:
Yamaha Mio, pada tahun 2004! Langkah ini rupanya berjalan sukses dan berhasil
menjadikan Yamaha sebagai pioneer produk skutik, sekaligus merebut pangsa pasar
Honda ketika itu. Keragu-raguan Honda untuk me-release skutik pertamanya ternyata
harus dibayar mahal dengan semakin kuatnya image di masyarakat bahwa motor
skutik adalah Yamaha Mio. Honda Vario yang dipasarkan setelah itu pun, cukup
‘tergopoh-gopoh’ dalam hal penjualannya dan tidak mampu mengatasi ketangguhan
penjualan Yamaha Mio. Dilain sisi, Yamaha tengah menikmati hasil
‘peruntungannya’, serta dengan percaya diri memasang slogan “Yang lain Makin
ketinggalan”.
3.
Strategi 3: Menghentikan
Dominasi Produk Favorit.
Strategi
ini digunakan Honda untuk ‘bangkit’ dari ketertinggalannya dalam hal penjualan
motor skutik. Cukup lama Honda meracik formulasi dan strategi pemasaran yang
pas untuk menghadapi dominasi Yamaha Mio. Guna menghentikan dominasi Yamaha
Mio, mau tak mau Honda harus kembali menggiring opini public dengan strategi
“mengusangkan” produk Yamaha Mio. Caranya adalah memberikan banyak pilihan
kepada masyarakat dengan cara membanjiri pangsa pasar motor, baik bebek maupun
skutik dengan produk-produk dan varian-varian baru! Bayangkan dari kurun waktu
2004 – 2011, Honda telah mengeluarkan total 30 varian! Untuk produk: Legenda,
Blade dan Revo (di kelompok Bebek). Vario, Beat, Scoopy dan Spacy di kelompok
Skutik. Tiger dan CBR di kelompok motor cowok. Bahkan, pada tahun 2012, Honda
akan semakin ‘membanjiri’ pangsa pasar motor dengan merelease 7 produk barunya,
demikian disebutkan dalam situs motor roda 2 India, Bikeadvice. Sementara
dikurun waktu tersebut Yamaha ‘masih’ tetap mengadalkan Mio-nya. Mungkin
Yamaha, masih percaya akan ketangguhan nama Mio di pasaran, atau mungkin Yamaha
‘ragu’ untuk melompat keluar dari zona nyamannya bersama produk Mio,
sebagaimana keraguan Honda menjadi pioneer produk skutik. Dengan semakin
banyaknya pilihan produk motor yang dihadirkan kepada masyarakat, maka secara
otomatis, produk lama akan semakin “tertimbun”.
4.
Strategi 4: Jika Tidak Bisa
Menjadi Yang Pertama, Maka Tirulah Yang Sukses.
Strategi
produk Honda rupanya cukup efektif, ‘serbuan’ produk Honda tak ayal membuat
popularitas Yamaha kian turun di akhir tahun 2011. Hal ini ditunjukkan melalui
grafik penjualan Yamaha Mio CW yang anjlok sebanyak 9.357 unit dari Bulan Juli
2011 (91.696 unit) sampai dengan Bulan Agustus 2011 (82.309 unit). Kemudian Mio
Soul yang anjlok sebanyak 5.235 unit dari Bulang Juli 2011 (22.194 unit) sampai
dengan Bulan Agustus 2011 (16.959 unit). Tren penjualan di akhir 2011 tersebut
rupanya membuat jajaran manajemen gerah dan harus segera berbenah. Keputusan
untuk meluncurkan produk Yamaha Mio Fino (lagi-lagi masih mengandalkan kata
‘Mio’) di awal tahun 2012 mungkin salah satu cara untuk dapat kembali ke jalur
persaingan dengan seteru abadinya, Honda. Sayangnya, berdasarkan anatomi
bentuknya, Yamaha Mio Fino justru cenderung mirip kompetitor pendahulunya:
Honda Scoopy! Walaupun secara histori sebenarnya Fino lebih tua dibandingkan
Scoopy: Yamaha Fino diluncurkan pertama kali di Thailand pada tahun 2006,
sedangkan Honda Scoopy diluncurkan pertama kali di Thailand pada tahun 2009.
Perbedaan signifikan hanya pada Kapasitas Mesin (Fino: 113,7 cc/Scoopy: 108
cc), Kapasitas Bahan Bakar (Fino: 4,1 liter/Scoopy: 3,5 liter), dan Harga
(Fino:Rp13,65 Juta/Scoopy:Rp 13,725 Juta). Namun di Indonesia, hal ini mau
tidak mau akan menggiring opini masyarakat bahwa Yamaha Mio Fino hanya mengekor
kesuksesan Honda Scoopy, sehingga (mungkin) justru akan menjadi boomerang bagi
Yamaha, karena akan semakin ‘menaikan’ pamor dan popularitas Honda Scoopy.
BAB IV
Penutup
Kesimpulan:
Untuk menyiapkan strategi pemasaran
yang efektif, sebuah perusahaan harus mempelajari pesaing dan juga pelanggan
aktual dan potensial. Pemasaran harus mengidentifikasi strategi, tujuan,
kekuatan dan kelemahan pesaing.
Pesaing terdekat perusahaan adalah
mereka yang berusaha memuaskan pelanggan dan kebutuhan yang sama dan memberikan
penawaran perhatian kepada pesaing laten, yang mungkin menawarkan cara baru
atau cari lain untuk memenuhi kebuutuhan yang sama
Daftar Pustaka
Kotler, Philip.2009. Prinsip-Prinsip Pemasaran
Jilid 1. Erlangga: Jakarta.
Komentar
Posting Komentar